Indonesia
sejak 1940-an Indonesia telah mampu memproduksi pesawat secara mandiri. Baik
komponen maupun desain dibuat di dalam negeri.
Dudi Sudibyo, pengamat penerbangan menyontohkan
dibuatnya Pesawat RI-X pada 1948. Pesawat tersebut dibuat dengan mesin yang
sudah bermotor 350 CC mesin Harley. Sebelumnya 1946 ada pesawat layang yang
bernama Zogling, desain diambil dari Jerman, namun dirakit di Indonesia.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah
ditunjuk oleh Airbus Military sebagai produsen tunggal pesawat C212-400
satu-satunya di dunia.
Asisten Direktur Utama Bidang Sistem
Manajemen Mutu Perusahaan PTDI, Sonny Saleh Ibrahim, Kamis (9/2/2012),
mengatakan saat ini seluruh fasilitas produksi untuk C212-400 telah dipindahkan
dari San Pablo, Spanyol, ke PTDI di Bandung.
Inovasi sekolah menengah keatas (SMK) di Indonesia, ternyata
tak sebatas pembuatan mobil. Perakitan pesawat terbang pun sudah mampu
dilakukan anak-anak bangsa. Seperti yang dibuktikan siswa-siswa SMK Negeri 12
Bandung, Jawa Barat. Mereka sudah mampu merakit pesawat terbang non-komersial
yang dinamai Jabiru.
Jabiru atau J-430 dibuat para pelajar
SMKN 12 Bandung dengan kapasitas empat orang penumpang. Pesawat ini berfungsi
untuk kegiatan pertanian, seperti penyiraman ladang, penyemprotan pupuk, dan
pembasmi hama. Selain itu pula dapat digunakan untuk pertunjukkan akrobatik
udara.
Meskipun pesawat Jabiru tergolong mungil, pesawat itu mampu mengangkut beban hingga 700 kilogram di ketinggian 9.000 kaki dengan daya jelajah mencapai 400 km jika tangki bensin penuh atau bisa terbang selama 4 jam tanpa henti.
Meskipun pesawat Jabiru tergolong mungil, pesawat itu mampu mengangkut beban hingga 700 kilogram di ketinggian 9.000 kaki dengan daya jelajah mencapai 400 km jika tangki bensin penuh atau bisa terbang selama 4 jam tanpa henti.
Transportasi udara untuk daerah-daerah tersebut selama ini telah
dilayani oleh beberapa operator penerbangan nasional. Namun pelayanan ini baru
dapat menjangkau sebagian kecil saja, dikarenakan jumlah pesawat yang terbatas
dan sudah banyak yang tua atau sudah melewati masa laik terbang.
Melihat kondisi yang ada dan berdasarkan survei kebutuhan pesawat untuk
daerah terpencil dibutuhkan sekurangnya 97 unit pesawat, maka program
rancang bangun pesawat perintis dengan kapasitas 19 penumpang (N219) merupakan program yang
cukup tepat. Dan Pusat Teknologi Penerbangan Lapan, sebagai pusat yang baru dapat memanfaatkan program ini sebagai sarana
pengembangan kapasitas.
Dalam
pelaksanaan program tersebut Lapan, BPPT, dan ITB bersama dengan PTDI mendapat
bagian untuk menangani desain dan pengujian, sedangkan Kemenristek dan DEPANRI
Pesawat N-2130
N-2130 adalah tipe
pesawat jet yang hendak dikembangkan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara
(IPTN) pada masa jaya perusahaan tersebut di pertengahan 1990-an. Pengembangan
pesawat jet komuter dengan jumlah penumpang antara 80–130 orang itu mungkin
terinspirasi pesawat yang dikembangkan perusahaan pesawat terbang
Brasil,Embraer. Bedanya, Embraer sekarang ini menghasilkan pesawat Embraer
Regional Jet (ERJ) yang banyak digunakan perusahaan penerbangan Amerika Serikat
(AS), terutama untuk shuttle flight pada jalur-jalur padat Boston, New York,
Washington DC, dan Miami.
Pesawat CN-235
pemimpin negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei
malah menggunakan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia, tipe CN 235 jenis
VVIP.
Selain digunakan di dua negara itu, menurut pengamat
penerbangan Dudi Sudibyo, ada sekitar 500 unit pesawat CN 235 yang kini terbang
di angkasa berbagai negara di seluruh dunia. Dan hal membanggakan lagi, sekitar
60% komponen yang digunakan 500 pesawat itu merupakan buatan PT Dirgantara
Indonesia di Bandung.
Pemerintah terlanjur menyetujui tender pembelian untuk
pesawat kepresidenan Indonesia senilai pesawat seharga 91.209.560,61 dolar AS
atau setara Rp 825 miliar.
Pesawat NC 295
Pemerintah
Indonesia memesan 9 pesawat NC 295 buatan PT Dirgantara Indonesia dan Airbus
Military. Sembilan pesawat angkut militer tersebut akan digunakan TNI untuk
berbagai keperluan pertahanan keamanan.
Kontrak
antara PTDI dan Kementerian Pertahanan RI ditandatangani secara bersamaan dan
disaksikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI
Laksamana Agus Suhartono di acara Pameran Dirgantara Singapura, Rabu
(15/2/2012). PTDI telah menandatangani kesepakatan dengan Airbus Military untuk
memproduksi pesawat tersebut.
Pesawat ini akan dioperasikan oleh Angkatan Udara RI di wilayah kepulauan Indonesia dan berfungsi sebagai pesawat untuk misi-misi militer, logistik, kemanusiaan dan evakuasi medis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar